Pages

Sabtu, 14 Maret 2015

Kisah Indah Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra


Punya list kisah romantis favorit atau kisah cinta yang indah? Kalian harus memasukan kisah romansa Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra. @MencintaiIslam kemarin tweet cinta suci mereka.

Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra

Yang pasti ada dua cinta yang tidak akan pernah membuat mu bersedih…
Cinta pada Allah dan cinta karena Allah :’)

@MencintaiIslam
 
Ada kisah cinta suci antara Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra, cinta yang luar biasa indah, cinta keduanya menyejarah. :’)
Cinta mereka selalu terjaga kerahasiaannya dalam sikap, ekspresi, dan kata, hingga akhirnya Allah satukan mereka dalam ikatan pernikahan.

Ali terpesona pada Fatimah sejak lama, disebabkan oleh kesantunan, ibadah, kecekatan kerja, dan paras putri kesayangan Rasulullah itu.
Ali adalah pemuda yang gagah, tampan, kuat, dan cerdas. Semenjak kecil Ali tinggal bersama Rasulullah. Ali adalah satu dari orang-orang yang pertama masuk Islam.
Ali yang tinggal bersama Rasulullah SAW banyak mendapat ilmu langsung dari Rasulullah. Rasul sangat menyayangi keponakannya ini,

Sedang Fatimah Az-Zahra adalah putri kesayangan Rasul dari pernikahan beliau dengan Siti Khadijah. Ia perempuan yang tegar, cantik, baik, dan lembut.
Mereka berdua tinggal dan melewati hari-hari bersama sejak kecil. Hingga menjelang remaja, tumbuhlah rasa cinta Ali kepada Fatimah.

Walau hatinya dipenuhi keinginan untuk selalu berada disamping Fatimah. Tapi Ali adalah pemuda yang beriman. Ali berusaha untuk selalu menjagahatinya.
Ia pendam rasa cinta itu bertahun-tahun. Ia simpan rasa cinta itu jauh didalam lubuk hatinya. Fatimah pun tidak pernah tahu perasaan itu.
Hingga ketika Ali telah dewasa dan telah siap untuk menikah, maka Ali pun berniat menghadap Rasul dengan tujuan ingin melamar Fatimah.
Tapi sayang, niat Ali telah didahului oleh Abu Bakar yang sudah duluan melamar Fatimah. Ali pun harus ikhlas bahwa cintanya akan berakhir pupus.

Siapa yang tak kenal Abu Bakar? Beliau adalah sahabat setia Rasul yang sangat shalih dan begitu sayang kepada Rasul, dan Rasul pun menyayanginya.
Sedangkan Ali merasa dirinya hanyalah seorang pemuda yang miskin. Sungguh jauh bila dibandingkan dengan seorang mulia seperti Abu Bakar, pikirnya.
Rencana Allah memang sulit ditebak oleh manusia, ternyata Rasulullah hanya diam ketika Abu Bakar melamar Fatimah, putri belau.
Diamnya Rasulullah berarti belaiu menolak secara halus lamaran Abu Bakar. Ali pun senang, karena merasa memiliki kesempatan melamar Fatimah.

Namun sungguh sayang sekali, lagi-lagi Ali didahului oleh Umar bin Khatab.
Lagi-lagi, hati Ali tersayat, Ali sangat bersedih.
Sama seperti ketika lamaran Abu Bakar, Ali merasa tak ada harapan lagi. Lagipula, apakah cukup dengan cinta ia akan melamar Fatimah?
Karena ia hanyalah seorang pemuda biasa yang mengharapkan seorang putri Rasul yang luar biasa. Sangat jauh bila dibandingkan dengan Umar.

Umar adalah seorang keturunan bangsawan yang gagah dan berkharisma. Dan, Ali yakin Fatimah pasti akan bahagia bersama Umar.
“Aku mengutamakan kebahagiaan Fatimah diatas cintaku” bisik Ali dalam hati.
Ia pasrahkan semuanya kepada Allah.
Sungguh rencana Allah memang paling Indah. Kesabaran Ali berbuah manis, lamaran Umar ternyata bernasib sama dengan lamaran Abu Bakar.
Bahkan Rasul menginginkan Ali untuk menjadi suami Fatimah. Karena Rasul sudah lama tahu bahwa Ali telah lama memendam rasa cinta kepada putrinya.

Ali sangat bahagia dan bersyukur. Ia melamar Fatimah melalui Rasul.
Tapi, Ali malu kepada Rasul karena tak memiliki sesuatu untuk dijadikan mahar.
Namun, sungguh mulia akhlak Rasul. Beliau tidak membebankan Ali. Rasul berkata: “Nikahilah Fatimah walaupun hanya bermahar cincin besi”.
Akhirnya, Ali menyerahkan baju perangnya untuk melamar Fatimah. Rasul pun menerima lamaran itu. Kesabaran Ali dalam cinta berbuah manis.

Fatimah pun mematuhi ayahnya serta siap menikah dengan Ali. Akhirnya Ali pun menikah dengan Fatimah, perempuan yang telah lama ia cintai.
Disisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cinta kepada Ali sejak lama. Dalam suatu riwayat, setelah mereka menikah, Fatimah berkata kepada Ali…
“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali merasa jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”.
Ali pun heran dan bertanya mengapa Fatimah tetap mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya…

Ali sangat bersedih, ia merasa bersalah setelah mendengar pernyataan itu. Bahkan, Ali rela melepas Fatimah, demi kebahagiaan cintanya.
Sambil tersenyum Fatimah menjawab. “Pemuda itu bernama Ali bin Abi Thalib, pemuda itu adalah dirimu sang pujaan hatiku”.

Subhanallah… Demikianlah Allah menganugrahkan cinta kepada hamba-hamba yang dipilih-Nya. Hikmah apa yang dapat kita ambil dari kisah tersebut?
Setidaknya ada dua pelajaran dalam kisah tersebut.
1.     Fatimah dan Ali adalah manusia biasa yang memiliki rasa suka, ketertarikan, dan cinta kepada lawan jenis. Namun mereka tidak mengungkapkannya. Mereka tahu ada cinta diatas cinta. Mereka lebih mencintai Allah dan dapat menahan nafsunya.
2.     Allah lebih tahu apa yang ada dilubuk hati hambanya, hingga Dia mempersatukan seperti yang mereka harapkan.

Inti dari kisah diatas adalah bagaimana mengelola cinta agar bukan cinta yang kendalikan diri kita, melainkan diri kita yang kendalikan cinta.
Jika cinta dipelihara dalam bingkai yang benar, tidak akan ada putus asa, kecewa, bahkan sedih berkepanjangan. Itulah bangun cinta, bukan jatuh cinta.

Insya Allah ada waktunya bagi kita untuk menumbuhkembangkan, melestarikan, dan mengeksploitasi rasa yang tertahan itu setelah pernikahan.
Cinta sejati adalah cinta yang berlandaskan cinta kepada Allah dan cinta karena-Nya. Yakinlah, Allah maha mengetahui yang terbaik untuk kita.

Nice Share from @MencintaiIslam. Yang lagi mengenal kata cinta dan sedang menyusun rasa cintanya, bisa melihat dan belajar dari Kisah Ali dan Fatimah. Selamat untuk yang telah menemukan cintanya dan cinta-Nya. ^_^



Sumber: @MencintaiIslam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar