Punya list kisah romantis favorit atau kisah cinta
yang indah? Kalian harus memasukan kisah romansa Ali bin
Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra. @MencintaiIslam kemarin tweet cinta suci mereka.
Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra
Yang
pasti ada dua cinta yang tidak akan pernah membuat mu bersedih…
Cinta pada Allah dan cinta karena Allah :’)
@MencintaiIslam |
Ada
kisah cinta suci antara Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra, cinta yang
luar biasa indah, cinta keduanya menyejarah. :’)
Cinta mereka selalu terjaga kerahasiaannya dalam sikap, ekspresi,
dan kata, hingga akhirnya Allah satukan mereka dalam ikatan pernikahan.
Ali terpesona pada Fatimah sejak lama,
disebabkan oleh kesantunan, ibadah, kecekatan kerja,
dan paras putri kesayangan Rasulullah itu.
Ali adalah pemuda yang gagah, tampan, kuat,
dan cerdas. Semenjak kecil Ali tinggal bersama Rasulullah. Ali adalah satu dari
orang-orang yang pertama masuk Islam.
Ali yang tinggal bersama Rasulullah SAW banyak mendapat ilmu langsung dari Rasulullah. Rasul sangat menyayangi keponakannya ini,
Sedang Fatimah Az-Zahra
adalah putri kesayangan Rasul dari pernikahan beliau dengan Siti Khadijah. Ia perempuan
yang tegar, cantik, baik, dan lembut.
Mereka berdua tinggal dan melewati hari-hari bersama sejak kecil. Hingga menjelang remaja,
tumbuhlah rasa cinta Ali kepada Fatimah.
Walau hatinya dipenuhi keinginan untuk selalu berada disamping
Fatimah. Tapi Ali adalah pemuda yang beriman. Ali
berusaha untuk selalu menjagahatinya.
Ia pendam rasa cinta itu bertahun-tahun. Ia simpan rasa cinta itu jauh didalam lubuk hatinya.
Fatimah pun tidak pernah tahu perasaan itu.
Hingga ketika Ali telah dewasa dan telah siap untuk menikah, maka
Ali pun berniat menghadap Rasul dengan tujuan ingin melamar Fatimah.
Tapi sayang, niat Ali telah didahului oleh Abu Bakar yang
sudah duluan melamar Fatimah. Ali pun harus ikhlas bahwa cintanya akan berakhir pupus.
Siapa yang tak kenal Abu Bakar? Beliau adalah sahabat setia Rasul
yang sangat shalih dan begitu sayang kepada Rasul, dan Rasul pun menyayanginya.
Sedangkan Ali merasa dirinya hanyalah seorang pemuda yang
miskin. Sungguh jauh bila dibandingkan dengan seorang mulia seperti Abu Bakar,
pikirnya.
Rencana Allah memang sulit ditebak oleh manusia, ternyata Rasulullah hanya diam ketika
Abu Bakar melamar Fatimah, putri belau.
Diamnya Rasulullah berarti belaiu menolak secara halus lamaran Abu
Bakar. Ali pun senang, karena merasa memiliki kesempatan melamar Fatimah.
Namun sungguh sayang sekali,
lagi-lagi Ali didahului oleh Umar bin Khatab.
Lagi-lagi, hati Ali tersayat, Ali sangat bersedih.
Sama seperti ketika lamaran Abu Bakar, Ali
merasa tak ada harapan lagi. Lagipula, apakah cukup dengan cinta ia akan melamar Fatimah?
Karena ia hanyalah seorang pemuda biasa yang
mengharapkan seorang putri Rasul yang luar biasa. Sangat jauh bila dibandingkan dengan
Umar.
Umar adalah seorang keturunan bangsawan yang
gagah dan berkharisma. Dan, Ali yakin Fatimah pasti akan bahagia bersama Umar.
“Aku mengutamakan kebahagiaan
Fatimah diatas cintaku” bisik Ali dalam hati.
Ia pasrahkan semuanya kepada Allah.
Sungguh rencana Allah memang paling Indah. Kesabaran Ali
berbuah manis, lamaran Umar ternyata bernasib sama dengan lamaran Abu Bakar.
Bahkan Rasul menginginkan Ali untuk menjadi suami
Fatimah. Karena Rasul sudah lama tahu bahwa Ali telah lama memendam rasa
cinta kepada putrinya.
Ali
sangat bahagia dan bersyukur. Ia melamar Fatimah melalui Rasul.
Tapi, Ali
malu kepada Rasul karena tak memiliki sesuatu untuk dijadikan mahar.
Namun, sungguh mulia akhlak Rasul. Beliau tidak membebankan
Ali. Rasul berkata: “Nikahilah Fatimah walaupun hanya bermahar cincin besi”.
Akhirnya, Ali menyerahkan baju perangnya untuk melamar
Fatimah. Rasul pun menerima lamaran itu. Kesabaran Ali dalam cinta berbuah manis.
Fatimah pun mematuhi ayahnya serta siap menikah dengan Ali.
Akhirnya Ali pun menikah dengan Fatimah, perempuan yang telah lama ia cintai.
Disisi lain,
Fatimah ternyata telah memendam cinta kepada Ali sejak lama. Dalam suatu riwayat,
setelah mereka menikah, Fatimah berkata kepada Ali…
“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu
kali merasa jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”.
Ali pun heran dan bertanya mengapa Fatimah
tetap mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya…
Ali sangat bersedih, ia merasa bersalah setelah mendengar pernyataan itu.
Bahkan, Ali rela melepas Fatimah, demi kebahagiaan cintanya.
Sambil tersenyum Fatimah menjawab. “Pemuda itu bernama Ali bin
Abi Thalib, pemuda itu adalah dirimu sang pujaan hatiku”.
Subhanallah…
Demikianlah Allah menganugrahkan cinta kepada hamba-hamba yang
dipilih-Nya. Hikmah apa yang dapat kita ambil dari kisah tersebut?
Setidaknya ada dua pelajaran dalam kisah tersebut.
1. Fatimah dan Ali adalah manusia biasa yang memiliki
rasa suka, ketertarikan, dan cinta kepada lawan jenis.
Namun mereka tidak mengungkapkannya. Mereka tahu ada cinta diatas cinta.
Mereka lebih mencintai Allah dan dapat menahan nafsunya.
2. Allah lebih tahu apa yang ada dilubuk hati hambanya,
hingga Dia mempersatukan seperti yang mereka harapkan.
Inti dari kisah diatas adalah bagaimana mengelola cinta
agar bukan cinta yang kendalikan diri kita, melainkan diri kita yang
kendalikan cinta.
Jika cinta dipelihara dalam bingkai yang benar,
tidak akan ada putus asa, kecewa, bahkan sedih berkepanjangan. Itulah bangun cinta,
bukan jatuh cinta.
Insya Allah ada waktunya bagi kita untuk menumbuhkembangkan,
melestarikan, dan mengeksploitasi rasa yang tertahan itu setelah pernikahan.
Cinta sejati adalah cinta yang berlandaskan cinta kepada Allah
dan cinta karena-Nya. Yakinlah, Allah maha mengetahui yang terbaik untuk kita.
Nice Share from @MencintaiIslam. Yang lagi mengenal kata cinta dan sedang menyusun rasa cintanya,
bisa melihat dan belajar dari Kisah Ali dan Fatimah. Selamat untuk yang
telah menemukan cintanya dan cinta-Nya. ^_^
Sumber: @MencintaiIslam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar